Sabtu, 28 Mei 2011

AKU DAN SANG MUSAFIR

seorang musafir termenung di tepi alur air di tepi jalan raya
menikmati gerak fikirnya dalam diam dan mata terpejam
busana sederhana hitam dengan tongkat di tangan
warna kepedihan menahun

aku lewat dalam irama cepat
sempat kutoleh sang musafir dalam duduk tenangnya
ada gambaran diri yang sama

telah kulampaui hari dalam duka dan suka
kesalahan dan pembenaran berbaur keindahan kasih sayang

aku telah menjadi musafir dalam kesendirian
malam adalah warnaku dengan segala petualangan fikiran dan perasaan

kawan-kawan adalah kekuatan
sebagian adalah kerikil tajam yang menghujam telapak kaki
pada penghujung waktu tak seorang pun mendampingi

roda berputar dalam berbagai irama kehidupan
beberapa yang kukenal jatuh satu-satu
rahasia alam dan Sang Maha Pencipta terpapar samar

kami adalah musafir pada jalur hidup masing-masing
mengarungi berbagai gelombang tak sama
jatuh dan bangun adalah takdir tak terelakkan
ketelanjangan adalah semacam kebaikan yang sukar diungkapkan
namun selalu menjadi karang tangguh pada badai yang paling bergemuruh

telah kulihat makna harta
penyebab kepedihan dan kesalahan
begitu banyak jiwa luka karena keliru menggambar tentangnya
keangkuhan meraja mengundang alun neraka bergulir deras
kenikmatan hidup hanyalah gurat semu pada pergeseran matahari dengan bulan
sesungguhnya manusia lemah terhadap nafsu

kami hanyalah bagian utama dari buana
jagad semesta sangatlah jauh perbandingannya
di hadapanMu, kami butir pasir
adalah indah ketika Engkau masih menjatuhkan sebutir nasi melewati kerongkongan
walau kami seringkali lupa
                bahwa ada semacam janji ketika kami Engkau tampilkan di bumi

segala permohonan maaf dalam sembah sujud dan air mata
                kami ungkapkan pada irama diam dan kesendirian
tak sanggup melangkah walau hanya satu saja
                seandainya tak ada kehendakMu di sana, ya Allah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar