Sabtu, 28 Mei 2011

BERKACA II

telah kutinggalkan hiruk pikuk kota
gemilangnya tak lagi membuat menengadah
kusematkan rumput di dada

ketika semua dalam belia
pemuasan mata dan daging menjadi segala utama
namun
bersamanya adalah duri yang mendarahkan
                     
kau
aku
kita
pasti lampaui berbagai anak tangga
di saat tertentu kita adalah pemegang kendali
berikutnya mungkin saja alas kaki
yang tidak berubah adalah garis lurus tanpa belokan

tapi,
apakah mungkin selamanya kita
jujur
ikhlas
setia
sabar
taat
?

tabiat telah lahir ketika ada
bahwa sebenarnya kita adalah
pendusta
berpamrih
pengkhianat
pemberontak
!

jadi apakah nanti
sebenarnya hati menjadi kunci utama, bukan akal
yang terberat adalah menyatukan keduanya
ketika satu,
ambisi susut, nafsu dikendalikan
dan kelurusan terjadi tanpa belokan
ini harus dibayar dengan jumlah tahun terbuang
betapa tak selesainya pelajaran kehidupan

katanya,
tataplah lantai bukan langit
masa duka lebih bernilai daripada masa suka
pilihlah sunyi, bukan hingar bingar
memberi lebih banyak karena telah menerima
seringlah mendengar, bukan menghambur kata
milikilah yang tak terlihat mata, bukan sebaliknya

ketika semua itu terjadi,
akan muncul aliran baru
usia bukan penghalang derap langkah
ucapan menjadi arti
sikap membawa kekuatan
menilai menjadi bijak
segala yang ada akan dikembalikan kepada Yang Berhak!
(karena memang semua adalah milik Beliau!)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar