Sabtu, 28 Mei 2011

SKETSA

berpendar waktu di tingkap jiwa
putaran silih berganti menuju pendewasaan diri
dera kehidupan menjadi suatu kenikmatan
                      
aku melihat
aneka karakter isi kota pada acuan koridor keikhlasan
sisi keagungan persahabatan masih punya tempat tinggi
peralihan waktu dan ombak kehidupan tak mengubah kekukuhannya

aku mendengar
berita menikam banyak hati dari tulisan dan gambar di penjuru kota
meraih kebebasan pada sisi nafkah adalah perjalanan panjang insan
ada sedikit yang tersisa dari waktu terdahulu menjadi salah satu dasar kekuatan
bergerak maju pada putaran lambat kehidupan

aku mencium
bau mesiu di berbagai kepala yang tegak menolak kenyataan pahit negeri
akankah tertimpa kesalahan para petinggi bagi bayi2 yang baru saja terlahir?
aku terdiam
membisu menghadap dinding beku yang kusam berwarna merah putih yang lusuh
tak mampu aku menoleh pada kebahagiaan tahun-tahun lewat
sekarang jiwa kami menjadi terbagi antara kebutuhan perut dan pembangunan bangsa
berbagai kebohongan telah ditabur rapi pada dongeng untuk rakyat

bagiku
negeri ini menyusut pada bayang2 kebesaran nama proklamator
yang telah mewakili darah dan air mata jutaan raga
meletakkan dasar pada penyatuan perbedaan berpusat 28 Oktober ‘08
tapi itu duluuu...
kini hanyalah tembang kenangan yang berlagu saat upacara istana
slogan telah berubah jadi :
“ada uang abang sayang, tak ada uang abang kutendang!”
sedangkan
kata-kata merdeka ataoe matie cuma ada di film
cerita kerja rodi dan geisha hanya legenda orang tua2
yg duduk menghisap rokok pada sisi sungai tenang menjelang senja

aku hanya melamun
menatap ke depan yang semakin tak jelas
perjuangan diatur segelintir insan pada kepentingan diri

apakah benar
garudaku terbang tinggi meninggalkan negeri
karena dana rakyat telah berpindah ke wilayah lain?

untuk bangsakoe ...
kasihaaaan dech loe ...

(nyanyian bangsat negeri)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar